"Piye ujianmu?" (Bagaimana ujianmu?")
"Mbuh Cuk, nggarai ngelu, koen gk ngelu ta ngerjakno ujiane mau iku?" (Tidak tahu lah, membuat pusing, kamu tidak pusing apa mengerjakan ujian tadi itu?")
"yo gak lah" (ya tidak lah)
"enak yo arek pinter koyok awakmu" (enak ya anak pintar seperti dirimu)
"Lah prasamu cuk, aku yo ngelu pas sinau. Koen wingi tak jak sinau bareng malah gk gelem" (Lah cuk, aku juga pusing saat belajar. Kamu kemarin aku ajak belajar bareng tidak mau")
"Sibuk push ranked cuk" ("Sibuk push ranked cuk")
"Wes ta lek sik ngelu nang dokter kunu, hahaha" (Sudahlah kalau masih pusing pergi ke dokter sana, hahaha")
"Hancok, wes wes ayo ngegame ae, ben ilang ngeluku" ("Hancok, sudah sudah ayo main game saja, biar hilang pusingku")
"ngelu malah ngegame, lek kalah ngelu pindo koen, hahaha" (pusing malah main game, kalau kalah malah lebih pusing kamu")
"Cuk"
Cerita di atas sepenggal percakapan selesai ujian. Mungkin banyak percakapan yang mirip seperti itu tentang bagaimana ada teman yang pusing setelah ujian, tetapi ada hal yang unik. Pusing yang dimaksud dalam orang-orang seperti percakapan tadi adalah pusing dalam hal bingung bukan sakit kepala.
Sering kita menyebut pusing dalam artian berpikir karena sedang bingung adalah pusing. Hal tersebut tidak salah karena dalam kbbi pun, pusing adalah sakit kepala, pening. Tetapi ada definisi lainnya yaitu pusing adalah tidak dapat berpikir(karena bingung, tidak keruan, sedih dan sebagainya).
Pernah tidak kita merasakan pusing karena belajar suatu hal yang baru? Pasti pernah dong, masa enggak.
Aku mau memberi pengalaman pusingku. Jadi gini. Aku pernah pusing saat pertama kali belajar fotografi. Aku tidak pernah punya kamera sebelumnya. Kamera yang kubeli saat itu adalah dslr yang cukup canggih. Aku belajar fotografi karena ingin menghasilkan gambar bagus seperti contributor national geographic itu lho.
Setelah jeprat-jepret percobaan. Aku baru sadar kalau fotografi itu bukan hal mudah seperti memasak air rebus. Teknis kamera seperti segitiga pencahayaan, iso, diafragma, kecepatan shutter dan lain sebagai-bagainya. Itu ribet b*ngs*d. Belum lagi soal teknik foto, mulai angel (malaikat) eh sudut foto maksudku, komposisi, pencahayaan luar, pola gerakan. Belum lagi soul(jiwa) bisa ada di foto itu sendiri. Itu semua sangat membuat kepala mendidih wahai para cebong dan kampret. Jadi yang bisa tersulut emosi bukan hanya kalian woi.
Lho kok sampai cebong kampret. Oke sebelum pembahasan melebar ke mana-mana balik ke topik. Aku mau menggarisbawahi dan menebalkan bahwa belajar hal baru itu membuat pusing tau. Bersyukurlah kita yang masih bisa pusing karena itulah tanda kita belajar suatu hal yang baru.
Jadi kalau kita bertemu teman yang sambat pusing, ajaklah ke dokter, kalau dia tidak mau berarti bukan pusing karena sakit kepala. Itu.
(judul sengaja dibuat clickbait)