Saatnya nanti kita akan memilih
Memilih seorang partner
Saya tidak menyebutkannya sebagai kekasih, ataupun
kebanyakan orang lain yaitu belahan jiwa, ataupun ‘soulmate’ bagi orang yang
suka menyebutnya begitu, ataupun sekadar panggilan sayang yang biasa digunakan
seperti ‘beib’, ‘honey, ‘cin’ dan
sebagainya.
Well, itu suka-suka orang dalam penyebutannya. Tetapi saya
lebih suka menyebutnya dengan partner
Ya, partner, partner in love
Partner yang akan menjadi teman bicara kita seumur hidup
Partner yang mampu kita ajak berimajinasi tentang masa depan
Partner yang mampu kita ajak berusaha bersama-sama meraih
impian kita
Partner yang mampu menjalin kesepakatan tanpa hitam di atas
putih
Dan partner yang akan bersama-sama kita dalam suka dan duka
Tengok sekilas bagaimana orang tua kita, apa mereka pernah
merasakan senang bersama, tentu saja,
Duka bersama, tentu saja, tetapi apakah hanya sebatas itu
mereka bisa bersama-sama selama puluhan tahun ini, saya rasa tidak
Menurutku mereka bisa bersama-sama selama itu tidak hanya
atas sekedar ijab kabul
pernikahan, ataupun hanya sekedar cinta
indah yang hanya di awal, ataupun komitmen yang sering dibicarakan orang-orang
dalam mempertahankan hubungan, entahlah, saya rasa lebih dari itu
Menurutku partner yang pas adalah mereka yang bisa sejiwa
dan sepimikiran
Sejiwa bisa berarti mempunyai jiwa, passion, ketertarikan yg sama ataupun lebih dari itu
Demikian juga dengan sepemikiran
ketika jiwa dan pemikiran bisa sejalan, maka banyak yang akan bisa dikerjakan bersama, membangun sebuah impian bersama
Tetapi ketika dua
hal di atas kurang pas
(baca:berbeda), seenggak-enggaknya mereka masih sama dalam satu hal,
cinta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar