Sore itu,
Sesampai di rumah, aku ganti pakaian, lalu makan, lalu duduk-duduk di kursi sambil
melototin gadget. Begitulah sekilas kegiatan(monoton)ku ketika pulang ke rumah.
Di dekatku, ada ibuku yang juga duduk-duduk disitu, juga sedang asyik melototin
gadget sambil mendengarkan siaran radio lokal. Sedang asyik-asyiknya membuka
media sosial yang berisi gambar-gambar, Perhatianku teralih ketika ibuku
tiba-tiba memulai obrolan.
I (ibu) , A (aku)
I : Dik, ini mau hari raya qurban, ayo kamu sisihkan uang
buat beli hewan qurban
A: ..... (masih mikir)
I: kamu sisihkan uang (Rp.sekian) buat patungan beli hewan
qurban, kamu kan sudah punya uang sendiri, jadi wajib hukumnya buat berqurban
A: ..... (oh iya habis ini hari raya qurban)
I: ini nanti patungan sama tetangga, dikumpulin dulu uangnya.
Sudah, kamu gk usa khawatir kalau berqurban, nanti dikasih gantinya yang lebih
baik sama Gusti Allah. Qurban itu nantinya diberi ke orang-orang yang tidak
mampu dan yang jarang makan daging.
A: (oh, oke aku mulai ngeh) buk kalau berqurban itu emang
harus beli sapi atau kambing ta ?
I: lho ya iya
A: kalau aku qurbannya gk dibeliin hewan qurban gkpapa ta ?
toh itu nanti orang-orang yang dikasih daging, toh dijual lagi dagingnya.
I: maksudmu di kasih uang gitu ? kan masih ada orang-orang yang
gk dijual dagingnya, masih ada yang dikonsumsi sendiri.
A: ya gk mesti uang sih buk, bisa apa atau apa gitu (belum
kepikiran sebenernya, bentuk lain itu seperti
apa)
I: sudahlah percaya, kalau kamu berqurban, nanti bakal
dibales lebih baik sama Gusti Allah
Ibu mulai meyakinkan anaknya yang menurutnya terlihat
ragu-ragu untuk berqurban.
A: ......... (“gk dibales ya gkpapa”, kalimat itu mau
keluar, tapi gk jadi)
A: ya kalau mau berbagi, ya berbagi aja sih Buk,
I: nah, sudah tau gitu lho
Hening sebentar,
A: buk, kenapa di Indonesia kalau berqurban kok gak pake
Onta ? kan di Arab sana , kalau berqurban pakai Onta,
I: ya soalnya di Indonesia gk ada Onta, hahaha
A: berarti berqurban ayam gakpapa ?
I: yo gk boleh, hahaha, ada ada aja kamu ini
A: hahaha, maksudku buk, berqurban ayam yang jumlahnya setara
harganya dengan sapi atau kambing . Kan gakpapa itu buk
I: yo tetep aja gk boleh, sudah syariatnya begitu
A: kenapa kok gk boleh buk, toh sama aja harganya
I: ya tetep gk boleh, dari dulu sudah begitu,
A: .....
Lalu kami ngobrolin hal lain,
tetapi bukan cerita nabi-nabi, bisa panjang nanti, hehehe. (oh iya, cuplikan
obrolan diatas sebenarnya oborolan bahasa Jawa yang sudah ditranslate ke Bahawa
Indonesia yang baik dan tidak benar, halah.)
Aku bertanya-tanya,
mungkin tidak jauh beda pertanyaannya dengan orang-orang yang mempertanyakan
berqurban,
apa iya berqurban itu cuma tradisi menyembelih hewan qurban lalu membagi-bagikan ke orang-orang yang kurang mampu.
Apa iya dengan berqurban mampu mensucikan harta kita ? kalau begitu enak dong jadi koruptor, tinggal berqurban, suci hartanya.
apa iya berqurban itu merupakan simbol untuk melepaskan hal keduniawian ?
apa iya berqurban itu cuma tradisi menyembelih hewan qurban lalu membagi-bagikan ke orang-orang yang kurang mampu.
Apa iya dengan berqurban mampu mensucikan harta kita ? kalau begitu enak dong jadi koruptor, tinggal berqurban, suci hartanya.
apa iya berqurban itu merupakan simbol untuk melepaskan hal keduniawian ?
Menurutku,
hari raya qurban memang merupakan tradisi perayaan umat muslim, tradisi baik,
mengingatkan kembali akan nilai berbagi terhadap sesama manusia. Apakah berbagi
harus menunggu hari raya raya qurban ? jawabannya mungkin sama seperti perayaan
hari raya idul fitri, bahwa kembali ke fitrah tidak harus menunggu hari raya
idul fitri.
wah terimaksih infonya kak,
BalasHapusbantu visit kita juga dengan klik di sini