(Spoiler alert !!)
.
.
.
.
.
Film ini bercerita tentang kisah Aisyah (diperankan Laudya Cintya Bella), seorang perempuan yang baru lulus kuliah. Aisyah bercita-cita untuk menjadi seorang guru. Kesempatan itu datang ketika sebuah yayasan besar memberikannya kesempatan menjadi guru di suatu daerah Nusa Tenggara Timur.
Mendapat kesempatan itu, Aisyah langsung menanggapinya dengan bersemangat. Dia menceritakan hal tersebut kepada ibunya (Lidya Kandau) kalau dirinya akan pergi ke NTT. Mendengar cerita Aisyah, ibunya tidak setuju. Awalnya ibunya mencoba membujuk Aisyah dengan berbagai cara untuk tidak pergi ke sana, mulai jauhnya antara Jawa Barat dengan NTT dan mayoritas masyarakat di sana yang berbeda dengan di Jawa. Tetapi Aisyah tetap berkeinginan kuat untuk tetap pergi ke NTT dan bilang kepada ibunya kalau dirinya bukan anak kecil lagi. Sampai ibunya bilang kalau keinginan Aisyah untuk ke NTT sebenarnya cuma emosi karena si Aa (Ge Pamungkas) merantau ke Aceh. Meskipun diketahui di akhir cerita kalau ternyata si Aa tidak ke Aceh.
Berat sebenarnya bagi ibunya untuk merelakan anaknya pergi. Ibunya pun bilang kepada Aisyah jika tidak sanggup bertahan di NTT, langsung balik aja ke Jawa. Dan Aisyah pun menjawab ibunya dengan keyakinan kalau dia akan menghadapi tantangan di sana.
Humor serius adalah suatu humor dimana karakter film tidak melucu tetapi mampu membuat penonton ketawa. Di film ini hal tersebut dibawakan oleh Ge dan Arie Kriting (berperan sebagai Pak Pedro) dengan sangat smooth. Misalnya saat Aa dengan gombalan-gombalannya kepada Aisyah. Atau tingkah Pak Pedro ketika diomelin oleh istrinya.
Kembali ke jalan cerita Aisyah. Di NTT, Aisyah tinggal bersama ibu kepala dusun. Sehari-harinya Aisyah juga ditemani muridnya, Siku si anak kepala dusun, untuk mengetahui wilayah-wilaayah di dusun tersebut.
Hari pertama menjadi seorang guru. Aisyah langsung mendapat bermacam-macam tantangan. Setelah mengetahui kalau jarak dusun ke sekolah yang lumayan jauh sekitar 10km dan tidak ada kendaraan untuknya. Seorang muridnya, Loris Defam, memprovokasi teman-temannya untuk tidak masuk kelas. Aisyah pun bingung ada apa dengan murid-muridnya.
Menariknya film ini adalah cara-cara Aisyah untuk melakukan pendekatan kepada murid-muridnya. Dimulai dari Siku, membarengi Siku untuk mengambil air. Dari situ, dia pun mengetahui sebab murid-muridnya tidak masuk kelas. Ketika murid-muridnya akhirnya mau kembali bersekolah, Aisyah juga sering berkumpul dengan murid-muridnya saat jam istirahat. Dia pun akhirnya mengetahui kenapa Loris Defam berbuat seperti itu.
Banyak sekali pesan di film ini. Yang menarik adalah ketika Loris Defam pingsan dan dirawat di rumah sakit. Murid-muridnya pun ikut berjaga di sana, bukan untuk Loris, tetapi untuk menjaga gurunya dari Loris. Di film ini memberi pesan bahwa peran sebuah keluarga untuk membentuk kepribadian anak sangat besar. Aisyah menjelaskan kepada murid-muridnya bahwa cara bersikap Loris seperti itu karena dia tinggal bersama pamannya yang pemarah dan orang tuanya pergi merantau entah kemana.
Kritik untuk film yang disutradarai oleh Herwin Novianto dan diproduksi oleh Film One Production dan sebagian besar film-film Indonesia lainnya adalah lompatan proses dan alur yang menurutku mudah ditebak. Di film ini misalnya, proses pendekatan Aisyah kepada murid-muridnya yang aku nilai melompat. Atau alur cerita saat Aisyah membuatkan dusun tersebut penyuling air karena kekeringan.
Satu lagi adalah iklan. Iklan-iklan di film ini sangat mencolok sekali, kurang mengena akan kualitas produk dannn tidak dilakukan dengan smooth. Film-film Indonesia rasaku masih harus belajar kepada film luar negeri bagaimana memasukkan konten produk ke dalam film. Misalnya di film horor, aku lupa tepatnya entah conjuring atau insidious. Pemeran utama melempar produk apel kroak dan jatuh ke lantai setelah terkejut. Smooth dan kontennya cukup jelas memperlihatkan kalau produk apel kroak itu tahan banting.
Overall, film ini masih hitungan bagus menurutku. 7,5/10.