Selasa, 18 April 2017

Bersantai naik perahu nambang

Pernah naik perahu nambang sambil motoran gak ? Kalau pernah, berarti kamu orang yang cukup nekat. Karena gak semua orang berani naik perahu nambang sambil motoran. Enggak perlu jauh-jauh motoran. Ada lho orang yang takut naik perahu nambang, alasannya takut perahunya terbalik. Nah.

(Gambar nyusul) hehehehe

Perahu nambang atau dikenal dengan tambangan merupakan perahu yang digunakan untuk menyebrangi sungai. Kalau dilihat dari desain perahu nambang, perahu ini merupakan modifikasi dari rakit. Dan digunakan untuk menyebrangi sungai.

Kalau di perkotaan, tambangan biasanya digerakkan dengan menggeret perahu. Ada dua kawat besar atau tali tampar yang dibentangkan di kedua sisi sungai. Nah dari situ, nahkoda perahu nambang mengoperasikan perahu dengan menggeretnya. Ada rantai yang mengikatkan kapal dengan kawat, rantai ini fleksibel mengikuti gerakan perahu, fungsinya agar perahu tidak terhanyut aliran sungai.

Pengalaman itu berbeda ketika di luar Surabaya. Aku pernah naik tambangan untuk melewati sungai berantas. Dan itu merupakan pengalaman yang cukup horor. Ya wajar aja kalau ada orang yang takut naik tambangan. Pertama dari sisi safety, tidak ada pagar pengaman perahu seperti tambangan di perkotaan, jadi ya hampir mirip rakit. Kedua, aliran sungainya lebih cepat dari sungai yang di Surabaya. Ketiga, kapal ini digerakkan dengan mesin perahu, jadi saya saranin untuk selalu berdoa supaya mesin tidak rusak atau kehabisan bahan bakar. Karena kalau itu terjadi, berarti siap-siap untuk terhanyut di sungai.

Banyak alasan orang memilih untuk naik tambangan. Bisa jadi alasannya jalanan macet, jarak jembatan yang sangat jauh, panas, enggak mau lama di jalan. Aku memilih perahu nambang adalah biar enggak capek. Daripada motoran di jalan macet yang panas, lebih enak nambang.

Sebenarnya kalau dihitung secara ekonomis banyak opsinya sih. Misalnya gini, jarak untuk ke jembatan sejauh 3 kilometer, dan jalannya macet, perlu waktu setengah jam untuk sampai ke seberang jalan. Maka yang pilihan yang enak ya naik tambangan. Walaupun kita berasumsi bahwa rupiah bensin yang habis untuk menempuh jarak segitu dengan kondisi macet sama dengan rupiah yang dikeluarkan untuk naik tambangan, 1000 rupiah. Tetapi kita tidak akan capek melewati jalanan macet. Dan waktu yang diperlukan juga cepat 10 menit (tergantung ramainya tambangan juga).

Bisa juga orang pengen naik tambangan karena merasa jalannya itu jauh. Atau jalanan udah enggak macet nih, dan enggak panas. Tapi orang memilih naik tambangan karena ingin bersantai sebentar. Menyalakan sebatang udud dan membayangkan kapan Surabaya ada transportasi sungai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar