Jumat, 29 Januari 2016

Taman kota, hiburan alternatif Warga Surabaya ?

Saat aku kecil, ayahku pernah mengajakku ke balai Kota Surabaya. Menikmati suasana taman. Bermain-main. Ataupun menikmati jajan yang telah dibawa dari rumah. Tetapi saat ini, taman di balai kota sudah ditutup untuk umum, barangkali faktor kebersihan menjadi pertimbangan ditutupnya taman yang terletak persis di depan gedung balai kota.

Menurut Laurie, taman adalah sebidang lahan berpagar yang digunakan untuk mendapatkan kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan. Taman biasanya ditanami dengan aneka macam tumbuh-tumbuhan, seperti pohon-pohon dan bunga-bunga. Ada juga taman yang dibangun sebuah monumen untuk mengenang sebuah peristiwa bersejarah atau seorang tokoh.

Di Surabaya sendiri sudah banyak taman. Seperti taman bungkul yang terletak di jalan raya darmo. Taman apsari yang terletak di depan grahadi. Taman mundu yang terletak di depan gelora sepuluh nopember. Taman pelangi di bunderan dolog. Dan banyak lagi taman-taman kota lainnya.

Warga Surabaya biasanya mengunjungi taman-taman tersebut. Entah untuk menikmati suasana taman atau foto-foto selfie ataupun kegiatan lainnya. Para pedagang pun punya cara tersendiri untuk menyikapi sebuah taman kota. Seperti contoh di Bungkul, malam hari adalah waktu yang cocok untuk menawarkan dagangan mereka.

Namun ada juga orang-orang yang kurang peduli akan sebuah kebersihan dari taman kota mereka sendiri. Gelas-gelas plastik atau bungkus makanan yang dibeli dari pedagang biasanya mereka geletakkan begitu saja di tempat. Seolah-olah membeli makan di warung. Tidak ada upaya untuk membuangnya ke tempat sampah. Padahal tempat sampah sendiri sudah cukup banyak disediakan.

Hal-hal tersebutlah yang terkadang membuat taman kota terlihat kotor. Walaupun memang ada petugas kebersihan untuk membersihkan taman.

Tetapi alangkah baik ketika sampah yang mereka hasilkan, mereka buang sendiri. Hal ini tentu akan berdampak kepada pengunjung lain yang datang. Mereka akan senang melihat sebuah taman yang bersih dan akan sungkan untuk mengotorinya. Dengan begitu, mewujudkan taman kota yang menimbulkan kesenangan dan kenyamanan tidak susah bukan ?

Saya melihat, taman kota memang sebuah hiburan tersendiri bagi warga Surabaya. Ketika sebuah hiburan hanya berkutat pada mall, cafe, wahana bermain berbayar, ataupun pantai.

Selasa, 26 Januari 2016

Pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan yang merata di Indonesia

Manusia semakin dituntut oleh alam untuk berinovasi dalam hal penggunaan energi. Sudah banyak dampak negatif dari penggunaan energi konvensional.

ENERGI BARU TERBARUKAN

Sadar akan menipisnya sumber daya alam seperti batu bara, minyak dan gas bumi. Dan dampak-dampak negatif lainnya dari energi-energi tersebut. Semua masyarakat dunia berperan serta meneliti sebuah cara baru dalam menghasilkan energi baru. Berbagai sumber energi baru dan cara mengolahnya pun mulai dikembangkan.

Mulai dari solar cell. Energi panas bumi. Energi arus bawah laut. Energi angin. Dan berbagai jenis sumber energi lainnya terus dikembangkan manusia.

Sumber-sumber energi baru inilah yang bisa digunakan sebagai cara untuk mengurangi dampak negatif dari energi konvensional. Konferensi di Paris juga mendukung upaya pengurangan dampak dari penggunaan energi konvensional. Selain itu, penggunaan energi baru terbarukan juga bisa mendukung upaya pembangunan berkelanjutan.

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Suatu daerah/negara pasti mempunyai suatu sumber daya alam. Apapun itu. Dengan mengetahui suatu potensi sumber daya alam di daerah tersebut. Teknologi yang dipakai harusnya bersinergi dengan alam di daerah tersebut.

Dan mengapa harus dengan pembangunan berkelanjutan ? Karena jika tetap menerapkan suatu cara lama dalam membangun suatu daerah, seperti eksplorasi minyak bumi atau membangun sebuah pabrik2 yang menghabisi ruang terbuka hijau. Ataupun menghabisi ruang terbuka di daerah pantai seperti mangrove dan coral. Maka bisa dipastikan pembangunan tersebut akan menambah dampak dari perubahan iklim.

PEMERATAAN KESEJAHTERAAN DI INDONESIA

Indonesia secara kondisi alam mempunyai kondisi yang sangat beragam. Seperti daerah pegunungan di Sumatra. Lahan yang subur di Jawa. Lahan gambut di Kalimantan. Kepulauan kecil-kecil yang ada di Nusa tenggara. Perairan yang kaya di kepulauan Maluku. Dan pegunungan es dan kondisi alam yang indah di Papua.

Hal ini menjadi sebuah keunikan tersendiri untuk mengolah kondisi alam tersebut dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Bagaimana sebuah daerah bisa berkembang sesuai dengan potensi-potensinya.

Sebagai contoh, di suatu pulau daerah Sulawesi utara. Di mana sebuah listrik hanya akan menyala karena ada kapal pengangkut solar yang singgah di daerah tersebut. Kemudian Ada sebuah pembangkit tenaga surya. Dimana orang-orangnya bisa menikmati listrik dengan harga murah yaitu 6000 rupiah per bulannya.

Dari sumber berita yang aku baca. Masyarakat daerah tersebut tidak lagi menggantungkan solar sebagai kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini tentu akan berdampak terhadap pengeluaran masyarakat daerah tersebut. Dari sisi pengeluaran, hal tersebut bisa membantu pengurangan pengeluaran masyarakat daerah tersebut. Karena memang mayoritas masyarakat daerah tersebut berprofesi sebagai nelayan. Energi baru tersebut mampu membantu nelayan untuk menyediakan es untuk nelayan. Pendidikan, kesehatan dan akses informasi dan aspek-aspek lainnya juga akan bisa berkembang.

Itu adalah salah satu contoh dari sebuah pembangunan berkelanjutan yang ada di Indonesia. Bila kita melihat keberagaman kondisi di sini. Kita juga harus melihat pembangunan apa yang seharusnya cocok di setiap-setiap daerah negara ini. Tidak semua bisa disamaratakan. Kreatifitas orang-orang kita harus mampu berpikir untuk hal tersebut. Sehingga ide dari konsep keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia bisa terwujud.

Minggu, 24 Januari 2016

Wisata malam dan keamanan di Surabaya

Berkendara tengah malam memang harus dilakukan dengan berhati-hati. Karena jam-jam tersebut memang jam rawan terjadi kejahatan. Banyak suatu kejadian tak enak terjadi. Mulai dari penjambretan, penodongan, perampasan kendaraan bermotor seacara paksa dan berbagai tindakan kriminal lainnya.

Surabaya malam hari
Kota Surabaya sudah semakin cantik ketika malam hari. Hal ini karena pengaruh dari lampu-lampu kota, taman-taman yang bersih, ruang publik yang semakin banyak dan kebersihan kota yang juga diperhatikan. Hal ini menjadi hiburan alternatif malam tersendiri bagi warga Kota Surabaya.

Berkembangnya spot foto mulai dari foto spot tempat bersejarah sampai taman-taman kota menjadi hal yang menjamur tahun-tahun ini. kuliner tengah malam, ataupun sekedar menikmati suasana malam hari di Surabaya menjadi hal yang lumrah. Hal ini juga menunjukkan bahwa tingkat keamanan di jalan raya di Surabaya saat malam hari terlihat aman. Tapi apakah semua jalan raya di Surabaya saat malam hari aman ?

Keamanan di jalan raya
Spot foto populer, taman-taman atau tempat kuliner populer biasanya terletak di jalan raya yang lumayan besar. Maka kemungkinan kejahatan di tempat2 tersebut kecil. Hal yang berbeda ketika kita melewati daerah yang  sepi dan minim penerangan. Kita harus hati-hati mlewati jalan tersebut. Titik-titik rawan bisa ditandai. Biasanya ada polisi yang berkeliling di daerah tersebut. Kewaspadaan memang harus ditingkatkan di daerah tersebut, atau untuk amannya sih tidak usah lewat jalan tersebut. Memutar arah atau memilih rute yg jauh, lebih baik untuk keselamatan.

Selasa, 19 Januari 2016

Ketika alayers menyerang

"Tahapan orang di Indonesia itu ada 4. Anak-anak -> Remaja -> alay -> lalu dewasa." Katanya mas Raditya Dika sih gitu ketika stand up beberapa tahun lalu. Apa benar ?

Apa sih alay itu ?
Menurut kbbi, hmm, bahkan kbbi pun ogah mengartikan kata alay, hmm

FENOMENA SELFIE DI TAMAN BUNGA

Tahun 2015, tercatat sebagai tahunnya kaum alay(berdasar pengamatan fesbuk). Sebuah taman bunga di daerah Jogja(kalau gk salah) menjadi korban kaum alayers. Alayers cewek menjadi korban bully orang-orang sejagad dunia maya Indonesia setelah dengan bangganya mengupload foto menginjak bunga-bunga yang ada di taman tersebut.

"Aku kan udah bayar 10ribu rupiah untuk masuk taman ini, ya boleh dong aku nginjek-nginjek tamannya." Tulis gadis itu di akun sosmednya.

Hal tersebut spontan mengundang reaksi netizen. Berawal dari sebuah share screenshot salah satu orang, viral pun menyebar. Kata-kata (bijak) pun keluar dari netizen.

Masih di kota yang sama, Jogja. Pernah tahu tempat kaliurang ? Disitu ada sebuah taman lampion. Taman ini baru dibuka pada Desember 2015 lalu. Tempat tersebut memang ditujukan  bagi mereka yang ingin wisata sambil berfoto selfie. Tempat yang bagus memang, tapi semua berubah sejak negara api menyerang. Ups(sejak alayers menyerang). Para alayers dengan (ke)tidak tahu(an) (diri)nya berselfie ria di tengah-tengah taman bunga buatan yang dialiri arus listrik.

"Mugo-mugo ae kesetrum" ujar seorang netizen melihat fenomena tersebut.

SELFIE SAAT LAMPU MERAH

Masih ingat seorang pengendara sepeda ontel yang menghadang konvoy harley davidson ?
Menurut pengendara sepeda, Konvoy HD tersebut salah, karena melanggar lampu merah saat konvoynya.
Dari pengamatan(asal-asalan)ku. Dari situ lah cikal bakal orang selfie di lampu merah. Awalnya satu orang foto selfie di lampu merah dengan tiduran di tengah jalan. Tujuannya baik, mengingatkan pengendara bermotor untuk taat terhadap peraturan lalu lintas. Tetapi....
Lama kelamaan tujuan dari selfie ini pun bergeser. Para alayers pun menyerang spot-spot lampu merah. Berbagai macam ide kreatif mereka tunjukkan. Tapi ya itu, aku liat selfie tersebut hanya ditujukan sebagai ajang foto-foto biar dianggap kekinian. Sebatas itu. Bahkan tak jarang membuat pengendara bermotor kesal. Kzl. 😧

ALAYERS SEBELUM ERA SMARTPHONE

Pernah tau ada corat-coret di sebuah batu, tembok-tembok wisata ataupun tempat-tempat umum lainnya ?
Dulu sebelum smartphone menjadi pegangan wajib umat manusia modern. Alayers sudah merekam jejak alay mereka lewat vandalisme yang mereka buat.
"Ben was here..."
"Herp ♡ Derp ..."
"17 Januari 200x ... "
Dan hal-hal kreatif lain yang bukan pada tempatnya.

Sebenarnya banyak juga sih fenomena alay di tahun 2015 jika kita merunut dari bulan Januari ke Desember. Fenomena-fenomena tersebut mungkin bisa jadi sebuah bahan sebuah karya tulis, skripsi, ataupun tesis bagi mereka yang ingin menganalisisnya lebih lanjut.

Akupun sempat menyaksikan serangan alayers secara langsung ketika mengunjungi monumen suro dan boyo. Dengan pedenya, mereka berfoto selfie tanpa tahu aturan. Memanjat-manjat monumen, lalu say chas, say chiss, ckrik ckrik, asu lah kupikir.

Biasanya sih alayers adalah anak muda. Anak muda yang menuju proses dewasa. Biasanya alayers ini ingin "tampil beda" diantara teman-teman sepergaulannya. Biasanya sih mereka ini bersikap berelebihan, terlebih lagi tanpa mengetahui seperangkat aturan/etika yang telah disepakati masyarakat. Sisi kreatif memang bagus, tetapi ketika berlebihan dan kurang akan pemahaman aturan/etika. Jadinya ya norak, kampungan, alay.

Jika alay adalah sebuah cara bersikap dalam suatu hal, maka usia berapapun, manusia sebenarnya masih bisa alay. Usia berapapun sebenarnya tidak menutup kemungkinan untuk alay.
Hal ini bisa diliat dari sebuah aksi orang-orang yang foto selfie saat/pasca kejadian teror Jakarta kemarin. Bingung sebenarnya untuk menuliskan sebuah aksi orang-orang itu sebagai apa. Nilai sendiri...

Tapi dari tempat entah dimana di negeri ini, alayers lainnya mungkin iri melihat orang-orang itu. Merencanakan pose apa yang akan mereka ambil saat kejadian serupa berulang kemudian mengunggahnya di media sosial. Tidak lupa dengan sebuah tagar kamitidaktakut
Duar !

Siraman Rohani di lampu merah

Siang itu, aku berhenti di lampu merah salah satu perempatan besar kota ini
Hati ini mendadak adem karena siraman rohani dari toa dekat situ, tapi ada yg aneh, toa itu bukan berasal dari tempat ibadah, tetapi toa lampu merah
Ya, Toa lampu merah yang biasanya meneriakkan himbauan lalu lintas
berubah jadi siraman rohani.

Aku tidak mempermasalahkan masalah siraman rohani tersebut jika diserukan dari tempat ibadah sekitar situ.
Tetapi siraman rohani yang datang dari toa di lampu merah ?

Ah, Makin relijius aja kota ini :D

Minggu, 17 Januari 2016

Warkop yang ramai

Riuhnya suasana warung kopi ini begitu enak.
Menikmati kopi sambil mendengarkan live musik.
Ketika hujan yang tadinya deras berhenti.
Musik di sini masih menghibur pengunjungnya.

Minggu, 10 Januari 2016

Memulai Perjalanan ke Jantung Hutan Indonesia

Malam itu di akhir Februari, aku sangat kegirangan. Bukan karena aku akan mendapat uang satu milyar rupiah, atau mendapat pacar yg sangat cantik dan baik, atau pergi melanjutkan studi ke suatu negeri di Eropa Utara. Tetapi karena besoknya, aku akan bertugas ke sebuah pulau di utara Jawa, Kalimantan. Aku akan memasuki wilayah sebuah wilayah pedalaman di Kalimantan. Melihat dengan langsung, bagaimana putaran roda ekonomi bisa bermula dari sebuah pedalaman hutan.

Borneo, begitulah orang-orang bangsa Eropa menyebut pulau tersebut. Karena dulu di sana banyak sekali pohon Borneol. Yg katanya, pohon tersebut mengandung zat terpetin, semacam bahan untuk antiseptik atau kamper.

Banyak sekali cerita tentang Pulau Kalimantan. Mulai dari cerita mistisnya sampai gadis-gadis di sana yang sangat cantik. Cerita mistis klasik tentang Kalimantan, tentu saja cerita alat kelamin pria yang bisa hilang, wew. Cerita tersebut memang bisa jadi benar adanya. Tetapi aku menanggapi bahwa, cerita tersebut memang sengaja dibuat untuk menghormati suatu adat yang ada di daerah tersebut.

Aku memang suka bertualang. Barangkali aku salah satu diantara orang2 yang beruntung, bisa bekerja sesuai passionku, bertualang. Bertualang memang memberi kita sebuah pengalaman baru, pengalaman langsung kurasa. Menjelajah tempat-tempat baru memang memberi rasa senang, tentang bagaimana tempat itu, orang-orangnya, kehidupan di sana, budaya setempat, gadis-gadis lokal, tentang sebuah tempat eksotis yang ada di Indonesia.

Paginya, aku bersiap berangkat ke pulau Kalimantan. Taxi yang kutelepon pun sudah datang. Barang-barang pribadi dan perlengkapan kerja pun masuk taxi. Seberangkatnya aku menuju bandara Juanda. Sambil menghabiskan sebatang rokok, aku membayangkan petualangan apa saja saat di Kalimantan nantinya.

Akhirnya taxi pun sampai di bandara Juanda. Akupun melihat kode booking yang tertera pada HPku, menuju loket pemeriksaan, memasukkan barang-barang ke dalam bagasi pesawat. Tidak lama kemudian, petugas bandara memanggil penumpang pesawat dari SUB-BPN untuk bersiap naik ke pesawat. Akhirnya aku duduk, bersiap untuk memulai sebuah petualangan baru di pulau seberang, Kalimantan. 

Senin, 04 Januari 2016

Dari sudut warung, menikmati hujan

Hujan. Sebuah kata yang wow kukira. Berbagai macam karya sudah terinspirasi dari fenomena alam tersebut. Sebut saja puisi, berapa banyak puisi yang sudah dibuat oleh orang dengan beribu macam gaya dan penulisannya. Belum lagi lagu, mulai dari lagu rock, mellow, akustik, keroncong dan aliran musik lainnya yang bertemakan hujan. Ataupun karya-karya yang lain yang terinspirasi atau bertemakan kata tersebut, hujan.

Di sudut warung kopi ini, hujan turun deras sekali. Banjir pun menghiasi halaman warung. Sepeda motor yang diparkirpun tidak luput dari serangan hujan.

Tidak terasa kopi susu yang kupesan tadi sudah habis. Hujan masih belum juga reda. Sepertinya langit masih mengizinkan air terus mengguyur kota ini. Menghapus dosa. Menghapus polusi yang diciptakan oleh manusia melalui kereta-kereta besinya.

Air turun
Pengendara-pengendara bertudung
Lampu-lampu jalan menyala

Begitulah kira-kira suasana hujan yang kurasakan malam ini.

Sabtu, 02 Januari 2016

Revolusi Kasur

Hari ini adalah minggu pertama di tahun 2016, wow (biasa aja keleus).
Gaya gravitasi tempat tidurku rasanya bertambah 100 kali lipat Ketika jam digital hp menunjukkan pukul 6 pagi. Berat boss, mata inipun rasanya ingin kembali ke alam tidur yang menenangkan.

Memang tidur pagi itu rasanya sangat nyaman, terlebih di hari minggu. Bagi mereka yang bekerja dari senin sampai sabtu, tidur pagi di hari bisa jadi merupakan semacam privilages yang hanya bisa didapatkan seminggu sekali.

Tetapi minggu pagi kali ini, aku memilih bangun dari tempat tidurku. Entah mau melakukan apa, yang penting aku harus bangun dulu. Bangun dari tempat nyamanku.

Badanku bangun, kakiku melangkah dan Tanganku bergerak untuk mengambil sebuah buku lama. Novel sih, cerita detektif karya Agatha Christie.
Saat kubuka lagi isi cerita dari karya-karya Agatha Christie, ada rasa yang berbeda dibandingkan saat pertama kali membacanya.
Rasanya lebih cepat dan mudah memahaminya, apakah ceritanya semakin membosankan ? Tentu tidak.

Dulu, aku sulit membayangkan bagaimana setting dari cerita yang ditulis Christie. Cerita tentang tahun 20' dan 30'an di Inggris, pakaian, pesta, jamuan makan, budaya orang-orangnya, psikologis, raut muka.
dulu, meskipun masih bisa dibayangkan, hal hal tersebut terasa sulit.
Ada sesuatu yang miss ketika pertama kali membacanya.

Rasanya seperti menonton filem yang sama untuk kedua kalinya. Rasanya ada yang berbeda. Bukan karena ditonton lagi terus rasanya beda. Bukan itu, tetapi lebih pada sebuah persepsi kita ketika menonton filem itu lagi.
Persepsi yang berbeda dibandingkan ketika pertama kali menonton.

Sama seperti minggu pagi saat ini. Rasanya memang seperti minggu-minggu yang telah lalu. Tetapi aku memilih untuk menikmatinya dengan cara yang berbeda.