Selasa, 19 Januari 2016

Ketika alayers menyerang

"Tahapan orang di Indonesia itu ada 4. Anak-anak -> Remaja -> alay -> lalu dewasa." Katanya mas Raditya Dika sih gitu ketika stand up beberapa tahun lalu. Apa benar ?

Apa sih alay itu ?
Menurut kbbi, hmm, bahkan kbbi pun ogah mengartikan kata alay, hmm

FENOMENA SELFIE DI TAMAN BUNGA

Tahun 2015, tercatat sebagai tahunnya kaum alay(berdasar pengamatan fesbuk). Sebuah taman bunga di daerah Jogja(kalau gk salah) menjadi korban kaum alayers. Alayers cewek menjadi korban bully orang-orang sejagad dunia maya Indonesia setelah dengan bangganya mengupload foto menginjak bunga-bunga yang ada di taman tersebut.

"Aku kan udah bayar 10ribu rupiah untuk masuk taman ini, ya boleh dong aku nginjek-nginjek tamannya." Tulis gadis itu di akun sosmednya.

Hal tersebut spontan mengundang reaksi netizen. Berawal dari sebuah share screenshot salah satu orang, viral pun menyebar. Kata-kata (bijak) pun keluar dari netizen.

Masih di kota yang sama, Jogja. Pernah tahu tempat kaliurang ? Disitu ada sebuah taman lampion. Taman ini baru dibuka pada Desember 2015 lalu. Tempat tersebut memang ditujukan  bagi mereka yang ingin wisata sambil berfoto selfie. Tempat yang bagus memang, tapi semua berubah sejak negara api menyerang. Ups(sejak alayers menyerang). Para alayers dengan (ke)tidak tahu(an) (diri)nya berselfie ria di tengah-tengah taman bunga buatan yang dialiri arus listrik.

"Mugo-mugo ae kesetrum" ujar seorang netizen melihat fenomena tersebut.

SELFIE SAAT LAMPU MERAH

Masih ingat seorang pengendara sepeda ontel yang menghadang konvoy harley davidson ?
Menurut pengendara sepeda, Konvoy HD tersebut salah, karena melanggar lampu merah saat konvoynya.
Dari pengamatan(asal-asalan)ku. Dari situ lah cikal bakal orang selfie di lampu merah. Awalnya satu orang foto selfie di lampu merah dengan tiduran di tengah jalan. Tujuannya baik, mengingatkan pengendara bermotor untuk taat terhadap peraturan lalu lintas. Tetapi....
Lama kelamaan tujuan dari selfie ini pun bergeser. Para alayers pun menyerang spot-spot lampu merah. Berbagai macam ide kreatif mereka tunjukkan. Tapi ya itu, aku liat selfie tersebut hanya ditujukan sebagai ajang foto-foto biar dianggap kekinian. Sebatas itu. Bahkan tak jarang membuat pengendara bermotor kesal. Kzl. 😧

ALAYERS SEBELUM ERA SMARTPHONE

Pernah tau ada corat-coret di sebuah batu, tembok-tembok wisata ataupun tempat-tempat umum lainnya ?
Dulu sebelum smartphone menjadi pegangan wajib umat manusia modern. Alayers sudah merekam jejak alay mereka lewat vandalisme yang mereka buat.
"Ben was here..."
"Herp ♡ Derp ..."
"17 Januari 200x ... "
Dan hal-hal kreatif lain yang bukan pada tempatnya.

Sebenarnya banyak juga sih fenomena alay di tahun 2015 jika kita merunut dari bulan Januari ke Desember. Fenomena-fenomena tersebut mungkin bisa jadi sebuah bahan sebuah karya tulis, skripsi, ataupun tesis bagi mereka yang ingin menganalisisnya lebih lanjut.

Akupun sempat menyaksikan serangan alayers secara langsung ketika mengunjungi monumen suro dan boyo. Dengan pedenya, mereka berfoto selfie tanpa tahu aturan. Memanjat-manjat monumen, lalu say chas, say chiss, ckrik ckrik, asu lah kupikir.

Biasanya sih alayers adalah anak muda. Anak muda yang menuju proses dewasa. Biasanya alayers ini ingin "tampil beda" diantara teman-teman sepergaulannya. Biasanya sih mereka ini bersikap berelebihan, terlebih lagi tanpa mengetahui seperangkat aturan/etika yang telah disepakati masyarakat. Sisi kreatif memang bagus, tetapi ketika berlebihan dan kurang akan pemahaman aturan/etika. Jadinya ya norak, kampungan, alay.

Jika alay adalah sebuah cara bersikap dalam suatu hal, maka usia berapapun, manusia sebenarnya masih bisa alay. Usia berapapun sebenarnya tidak menutup kemungkinan untuk alay.
Hal ini bisa diliat dari sebuah aksi orang-orang yang foto selfie saat/pasca kejadian teror Jakarta kemarin. Bingung sebenarnya untuk menuliskan sebuah aksi orang-orang itu sebagai apa. Nilai sendiri...

Tapi dari tempat entah dimana di negeri ini, alayers lainnya mungkin iri melihat orang-orang itu. Merencanakan pose apa yang akan mereka ambil saat kejadian serupa berulang kemudian mengunggahnya di media sosial. Tidak lupa dengan sebuah tagar kamitidaktakut
Duar !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar